Setelah perjananan hijrah dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Madinah, beliau mulai dengan membangun masjid, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Ashar, serta membangun Daulah Islamiyyah.
Dengan datangnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Madinah, mulailah fase baru dalam perjalanan hidup dan perjuangan beliau. Fase ini menggambarkan langkah-langkah yang terpenting dalam dakwah mengajak manusia ke jalan Allah, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat sudah memiliki sebuah negeri yang mereka merasa aman dan damai unutk menyembah Allah, tanpa dibayangi oleh rasa takut, intimidasi, celaan, serta makian.
Sesampainya mereka di Madinah, hilanglah segala penderitaan dan kesakitan yang mereka alami semasa di Makkah dan muncullah fase baru yang memiliki keistimewaan, fase terbentuk dan terbinanya masyarakat Islam baru di Madinah. Fase yang baru itu dimulai dengan pembangunan masjid, membangun persaudaraan, dan selanjutnya menghadapi musuh-musuh Islam yang baru di Madinah dan sekitarnya.
Fase ini berakhir dengan berakhirnya perang Ahzab dan perang dengan Bani Quraizhah. Seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الآنَ نَغْزُوهُمْ وَلاَ يَغْزُونَنَا
“Sekarang kita memerangi mereka, kelak kemudian mereka tidak akan memerangi kita lagi.” (HR. Bukhari, no. 4110)
Fase ini dimulai dengan sampainya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah hingga berakhirnya perang dengan Bani Quraizhah, merupakan kumpulan-kumpulan perjalanan beliau yang satu sama lain saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Korelasi tersebut dapat dilihat pada sebelum dan sesudahnya, dan tidak luput dari pandangan kita bahwa kemenangan yang diperoleh oleh beliau dan para sahabatnya merupakan jalan panjang dalam rangka berdakwah dan mengajak manusia ke jalan Allah. Hal ini tidak dirasakan pada saat berada di Makkah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melalui seluruh fase tersebut sehingga kemenangan dapat diraih. Semua itu mengisi kisah perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah.
Pembahasan selanjutnya berawal dari membangun masjid di Madinah yaitu Masjid Quba.
Keutamaan masjid Quba
Dari Usaid bin Zhuhair Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلاَةُ فِى مَسْجِدِ قُبَاءٍ كَعُمْرَةٍ
“Shalat di Masjid Quba’, (pahalanya) seperti umrah.” (HR. Tirmidzi, no. 324 dan Ibnu Majah, no. 1411. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dari Sahl bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءٍ فَصَلَّى فِيهِ صَلاَةً كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ
“Siapa yang bersuci di rumahnya, lalu ia mendatangi masjid Quba’, lantas ia melaksanakan shalat di dalamnya, maka pahalanya seperti pahala umrah.” (HR. Ibnu Majah, no. 1412, An-Nasai, no. 700. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dari ‘Abdullah bin Dinar, ia mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَأْتِى قُبَاءً رَاكِبًا وَمَاشِيًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mendatangi Masjid Quba’ sambil memakai kendaraan, dan (kadang) berjalan kaki.” (HR. Bukhari, no. 1194 dan Muslim, no. 1399)
Dalam riwayat Muslim lainnya disebutkan, ‘Abdullah bin Dinar berkata,
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَأْتِى قُبَاءً كُلَّ سَبْتٍ وَكَانَ يَقُولُ رَأَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَأْتِيهِ كُلَّ سَبْتٍ
“Ibnu ‘Umar biasa mendatangi Masjid Quba’ pada hari Sabtu. Ia berkata bahwa ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi masjid tersebut pula pada hari Sabtu.”
Referensi:
- Al-Ajru Al-Kabir ‘ala Al-‘Amal Al-Yasir. Cetakan pertama, Tahun 1415 H. Muhammad Khair Ramadhan Yusuf. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
- Fiqh As-Sirah.Cetakan Tahun 1424 H. Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid. Penerbit Dar At-Tadmuriyyah.
Baca Juga:
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com